Kupas.News, OKU Timur – Kecewa para petani terhadap pemerintah yang melakukan impor beras dari negara luar membuat Anjloknya harga gabah dan beras ketika masuk musim panen, membuat petani di Kabupaten OKU Timur semakin terpuruk. Hal ini harus menjadi perhatian serius dari pemerintah.
Anggota DPRD Sumsel Dapil OKU Timur Azmi Shofik, SIP mengatakan, kondisi harga beras dan gabah anjlok ketika masa panen sudah sering melanda petani Bumi Sebiduk Sehaluan.
“Seharusnya negara hadir menyikapi permasalahan petani. Kasihan petani, pejuang ketahanan pangan, ketika harga jual gabah dan beras tidak sebanding dengan modal yang dikeluarkan,” ucapnya, Jumat (19/03/2021).

Yang lebih miris lagi lanjutnya ketika masuk musim tanam, harga pupuk dan perstisida sangat tinggi bahkan kadang langka.
Saya mendorong kepada Pemda (Kabupaten dan Provinsi) untuk berkolaborasi dan bersinergi dengan Bulog untuk menyerap hasil petani kita. Kita ketahui bersama saat ini harga beras ditingkat petani berkisar diangka Rp 6500 sampai Rp 7000 perkilogram harga ini sangat murah dan merugikan petani,” jelas Politisi Partai Demokrat ini.
Sedangkan menurut Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020 menyebutkan dalam rangka pelaksanaan pengelolaan cadangan pangan pemerintah untuk gabah atau beras ditetapkan bahwa Harga Pokok Pembelian (HPP) pembelian Pemerintah di Gudang Bulog adalah Rp 8.300,- perkilogram.
Sekarang negara harus hadir mencari solusi agar petani jangan terpuruk. Daripada memenuhi stok cadangan pangan nasional melalui impor yang digadang-gadang akan dilakukan sebesar satu juta ton, maka saat ini lebih baik menyerap beras petani lokal yang sedang panen raya dan harga nya jatuh,” tambahnya.
Shofik juga menjelaskan, Bulog harus membuka keran pengadaan sebesar-besarnya untuk menyerap beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP), tentu saja dengan memperhatikan kualitas dan SOP yang berlaku.
” menurut Saya kualitas beras petani daerah kita icukup baik dan mampu memenuhi kriteria persyaratan pengadaan yang ditetapkan oleh Bulog. Saya faham, Bulog memang menghadapi dilema, Bulog menjadi garda terdepan penyerapan hasil pertanian akan tetapi tidak memiliki kanal penyaluran berasnya. Insan Bulog ini harus berfikir, nyerap banyak berasnya akan dikemanakan,”katanya.
Sekarang program Raskin/Rastra sudah tidak ada. Program Sembako BPNT pun tidak murni penugasan nya ke Bulog karena masih banyak yang tidak menggunakan beras Bulog hanya mengabaikan Surat Edaran Bupati OKU Timur.
“Oleh karena itu perlu adanya sinergitas antara Pemda dan Bulog untuk menyerap hasil petani dan memikirkan output dari hasil penyerapan beras tersebut, apakah disalurkan untuk program Beras ASN, Bantuan Beras Daerah, atau untuk TNI/Polri di wilayah masing-masing,” imbuh Shofik yang selama ini memang dikenal dekat dengan petani.
Sementara Anggota DPRD provinsi ini berharap agar secepat mungkin pemerintah memberikan solusi- solusi terbaik ketika para petani akan memasuki musim tanam dengan menyediakan pupuk agar tidak langka dan mahal, serta memasuki musim panen harga gabah petani bisa di sesuaikan. (Iw)